Ada lima jenis bisnis Indonesia yang terancam bangkrut karena kemajuan teknologi dan informasi serta pasar global.
WiraBisnis.Com - Mungkin anda sudah mendengar tentang berita sepinya pembeli di pasar
Glodok. Memang, rasanya miris sekali karena dulu untuk orang-orang yang tinggal
di Jabodetabek, kalau mereka ingin membeli elektronik, pasti mereka datang ke
Glodok.
Sayangnya sepinya pasar Glodok ini sudah dialami beberapa tahun yang
lalu. Sebabnnya apa?
Tidak lain tidak bukan karena menjamurnya toko online. Di
sisi lainnya, penyewa dibebani dengan uang sewa. Memang bisnis Indonesia sudah
berubah dengan adanya pasar global dan juga dengan adanya teknologi informasi
yang makin berkembang.
Jenis Bisnis Indonesia yang Terancam Gulung Tikar
Trend di mana pembeli di toko offline ini terjadi dan diramalkan akan terus
menerus berlanjut. Proses penjualan modern yakni pembelian dari proses
tradisional (offline) di mana pembeli bisa bertemu dengan penjual di suatu
tempat (toko), lalu pindah ke pembelian online.
Pembeli tak harus datang atau
bahkan berinteraksi dengan penjual. Seperti yang saat ini marak di Indonesia,
yaitu penjualan di FB, Instagram atau di WhatsApp.
Perubahan tren bisnis Indonesia ini sehingga membuat perubahan, dan
salah satu perubahan itu adalah membuat jenis bisnis raksasa di Indonesia
terancam gulung tikar.
1. Supermarket
Bisnis di Indonesia yang
terancam gulung tikar adalah Supermarket. Belum lama ini kita dikejutkan dengan
bangkrutnya salah satu pioneer supermarket yang mengusung konsep coffee shop,
Seven Eleven.
Hal ini jadi salah satu bukti kalau persaingan bisnis di area itu
sangat ketat. Belum lagi dengan adanya gebrakan yang dilakukan oleh Amazon
lewat AmazonGo (supermarket yang terintegrasi dengan aplikasi smartphone) yang
bisa jadi akan masuk ke pasar Indonesia juga.
Dengan mengusung konsep
bertajuk “No lines, No checkouts” atau “Tanpa antri, tanpa bayar di kasir”,
AmazonGo bisa jadi saingan berat untuk bisnis Indonesia supermarket
ternama di Indonesia misalnya Hypermart, Carrefour, dan yang lainnya.
2. Tekstil
Setelah pasar Glodok
jadi sepi, Pasar Tanah Abang juga menyusul dengan penurunan penjualannya yang
mencapai 50%. Sekarang pembeli sudah beralih ke e-commerce dan toko online
untuk berbelanja baju, sepatu, tas, dan fashion lainnya. Untungnya, penjual-penjual
masih terbantu dengan adanya pembeli reseller yang menjual lagi barang
dagangannya lewat online.
3. Koran
Bisnis Indonesia yang terancam gulung
tikar lainnya adalah bisnis koran. Harian Bola, Sinar Harapan, Jakarta Globe
dan Koran Tempo Minggu adalah sebagian kecil dari banyaknya media cetak yang
terpaksa mesti menutup bisnisnya karena biaya cetak koran yang tinggi dan tak
bisa bersaing dengan media online seperti misalnya detik.com, okezone,
tirto.id, dan yang lainnya.
4. Hotel
Bisnis hotel nampaknya juga
terancam karena sudah mulai muncul online marketplace yang bisa memesan
penginapan dengan harga yang jauh lebih terjangkau misalnya AirBnB, Airy Room,
RedDoorz, dan yang paling baru, OYO.
Platform-platform ini memungkinkan mereka para pemilik rumah, apartemen, kamar kos, bahkan villa untuk menyewakan propertinya pada orang lain. Bahkan tangkat hunian (occupancy) di beberapa hotel dan juga villa di Bali berkurang sampai 50% selama berhari-hari.
Platform-platform ini memungkinkan mereka para pemilik rumah, apartemen, kamar kos, bahkan villa untuk menyewakan propertinya pada orang lain. Bahkan tangkat hunian (occupancy) di beberapa hotel dan juga villa di Bali berkurang sampai 50% selama berhari-hari.
5. Transportasi
Transportasi offline
juga jadi bisnis Indonesia yang terancam gulung tikar karena digantikan
dengan transportasi online seperti Uber, Grab dan Gojek. Meskipun
perusahaan-perusahaan ini tak mempunyai asset transportasi sebagaimana layaknya
usaha transportasi sebelumnya, mereka mendapatkan penghasilan bahkan ratusan
juta per harinya.
Demikian lah lima bisnis Indonesia yang terancam gulung tikar karena
adanya perkembangan teknologi dan pasar global. Tapi tidak bisa dikatakan gulung tikar seutuhnya..
COMMENTS